Ide untuk menulis tentang Au Pair ini muncul dari hasil chaet beberapa waktu lalu dengan dua orang adik saya Clara Monogla dan Stevanedryan Barca Messi yang kini bekerja sebagai Au Pair di Jerman.
Istilah Au Pair berasal dari bahasa Prancis au pair yang berarti saling memberi dan menerima. Program Au Pair ditujukan kepada kaum muda, baik pria maupun wanita, dengan kisaran usia tertentu, dari
seluruh negara yang ingin tinggal dinegara lain dengan tujuan
untuk mempelajari kultur dan budaya dari negara yang dituju dan ingin
memperdalam bahasa negara tujuan.
Batasan usia untuk menjadi seorang Au Pair berbeda pada setiap
negara. Biasanya antara 18-25 tahun. Au Pair tinggal bersama pada satu keluarga di
negara tujuan yang disebut keluarga tamu selama kurun waktu tertentu (6 bulan- 1 tahun).
Selama kurun waktu tersebut Au Pair
menjadi bagian dan bahkan dianggap sebagai keluarga oleh kluarga tamu. Mereka mendapatkan kamar
tersendiri, biaya hidup, biaya transport ke tempat kursus dan uang saku setiap bulannya.
Itu sedikit gambaran tentang Au Pair.
September 2008-September 2009, satu tahun yang tak akan pernah saya lupakan dalam perjalanan hidup saya. Selama satu tahun itu saya bekerja sebagai Au Pair di Stuttgart-Jerman pada sebuah keluarga Jerman tentunya.
Tugas utama saya yaitu mengantar dan menjemput anak-anak (Julius dan Elisa) dari Kindergarten dan seminggu sekali membantu mekalukan pekerjaan rumah tangga.
Ayah dan Ibu asuh
Ayah asuh saya bernama Ralph, seorang guru. Kesan saya tentang Ralph: orangnya lucu, ramah, pengertian, perhatian, terbuka. Ibu asuh saya bernama Frauke, juga seorang guru. Kesan saya tentang Frauke, tegas, disiplin, perhatian, pengertian, ramah, terbuka. Karen perbedaan budaya, minimnya kosakata bahasa Jerman dan juga pelafalan kata saya yang kurang tepat sehingga banyak hal lucu yang saya alami bersama Ralph maupun bersama Frauke. Bila pergi berbelanja tidak lupa Ralph dan Frauke membawakan makanan kesukaan saya Schokolade (Coklat). Mereka juga menegur secara langsung saat saya melakukan kesalahan atau kekeliruan. Hal ini tentu saja berbeda dengan budaya orang asia pada umumnya.
Ralph dan Frauke
Julius
Usianya saat itu 4 tahun. Julius termasuk anak yang hiper aktif. Seperti kebanyakan anak-anak seumurannya, hobbynya bermain. Bermain bola kaki, kejar-kejaran, perang-perangan, dan permainan-permainan lainya. Semua keinginannya harus dituruti.
Julius
Elisa
Usianya saat itu 2,5 tahun. Elisa merupakan dulpikat dari Julius. Apapun yang dilakukan oleh kakaknya pasti ia tiru. Karena usianya yang masih balita sehingga banyak kata-katanya yang sulit saya pahami. Saya sering merasa kesulitan bila berhadapan dengan Elisa dan hal ini sering menjadi masalah karena ia akan mengamuk bila kita tidak malakukan seperti apa yang ia mau.
Elisa
Banyak pengalaman lucu dan seru selama setahun itu, khususnya saat bersama Julius dan Elisa. Setiap pagi, dari hari Senin-Jumat saya harus mengantar anak-anak ini ke Kindergarten. Jarak antara rumah dan sekolah kira-kira setengah kilometer kami tempuh dengan berjalan kaki. Saya salut terhadap kedua anak ini. Mereka kuat berjalan ke sekolah apapun musimnya. Terkadang mereka membawa kendaraan. Julius membawa sepeda atau skuter dan Elisa membawa sepede beroda tiga atau kereta bayi (saat musim dingin).
Pukul empat sore tugas saya harus kembali menjemput kedua anak ini. Terkadang ayah dan ibunya atau Opa-opanya yang menjemput. Kami sering menghabiskan waktu bersama di taman pada sore hari. Bermain dan bercanda. Ada julukan khusus yang saya berikan untuk kedua anak ini yaitu kleine Monster. Saya sangat kelelahan bila bermain bersama kedua anak ini. Mereka bagaikan robot-robot kecil yang tak kenal lelah.
Seminggu sekali saya harus melakukan Babysitting (menjagaanak-anak saat ayah dan ibunya keluar rumah). Mulai dari menyiapkan makan untuk anak-anak, membantu mereka mengganti pakaian tidur dan membacakan cerita atau menyanyikan lagu-lagu sebelum tidur. Untuk hal yang satu ini saya tidak berpengalaman sama sekali sebelumnya. Tetapi seiring berjalannya waktu saya bisa melakukannya dengan baik.
Saya juga ikut begabung ke dalam Au Pair Club. Di sana saya banyak mengenal banyak teman-teman baru sesama Au Pair dari berbagai negara.
Bersama teman-teman Au Pair
Berkat program Au Pair selain kota-kota di Jerman, saya juga dapat mengunjungi beberapa negara tetangga Jerman seperti Prancis, Swiss, Italia. Saya sangat senang bahwa saya memutuskan untuk menjadi Au Pair. Au Pair tidak hanya bekerja, kamu bisa mengenal dan belajar mengenal begitu banyak orang baru, hal-hal baru dan budaya baru. Dan yang paling penting yang saya rasakan selama menjadi Au Pair yaitu saya belajar untuk mengambil tanggung jawab. Saya tidak pernah berpikir sebelumnya untuk tinggal di luar negeri. Selama satu tahun itu saya menjadi lebih mandiri dan saya temukan banyak hal dalam diri saya.