Jumat, 17 Mei 2013

Mengenal Tenun Ikat

Tenun ikat adalah kain yang ditenun dari helaian benang. Tenun sendiri merupakan kegiatan membuat kain dengan cara memasukan benang pakan secara horizontal pada benang-benang lungsin. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin.

Sebelum ditenun, helai-helai benang diikat dengan tali plastik atau daun kelapa sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini lalu dicelupkan ke dalam zat pewarna. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat tidak akan terwarnai. 

Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Tenun ikat dapat dibedakan dari kain Songket berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat terlihat pada kedua sisi kain.

Sejarah perkembangan Tenun Ikat dimulai ketika Manusia purba di zaman Batu mengenal penutup tubuh. Pada saat itu mereka menggunakan kulit kayu Sukun hutan sebagai alat penutup tubuh. Proses pembuatannya, kulit kayu dikupas dari batang pohon, direndam dalam air atau lumpur beberapa hari lalu dikeringkan, dipukul-pukul hingga membentuk lembaran yang lunak, diberi motif dan untaian dari siput dan biji-bijian sebagai asesoris dan terakhir diberi tali sebagai pengikat.

Selanjutnya sedikit demi sedikit manusia mengalami perubahan hidup. Yang pada mulanya menutup tubuh dengan lembaran kayu, mulai berubah dengan mengenal tenun. Mereka menenun serat tali batang pisang dan daun kelapa untuk menghasilkan lembaran kain. Pada perkembangan selanjutnya manusia mulai mengenal pohon kapas yang menghasilkan biji kapas dan serat kapas. 

Hampir semua tenun ikat cenderung memiliki warna dasar gelap karena pada zaman dahulu masyarakat belum mengenal adanya pewarna buatan sehingga menggunakan pewarna alami dengan pilihan warna yang terbatas. Bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarna alami yaitu seperti Tarum, mengkudu, kemiri, daun Ru Dao, akar pohon Ka’bo, kunyit, daun Menkude dan lain-lain. 

Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun dan diharapkan agar tetap dilestarikan. Kegiatan menenun dilakukan oleh wanita dengan tujuan, sebagai sumber mata pencaharian dan sebagai pengisi waktu setelah selesai bekerja di ladang. Selain itu dengan bisa menenun menjadi indikator bagi seorang wanita untuk siap dan pantas dinikahi. Para wanita ini tidak hanya asal menenun. Mereka membuat sehelai kain dengan mempertimbangan cita rasa dan sentuhan seni yang tinggi. 

Adapun fungsi dari kain tenun ikat antara lain:
  • Sebagai busana untuk penggunaan sehari-hari. (Tenun ikat dapat juga dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana).
  • Sebagai busana dalam tari adat dan upacara adat.
  • Sebagai mahar dalam perkawinan.
  • Sebagai pemberian dalam acara kematian dan sebagai wujud penghargaan.
  • Sebagai penunjuk status sosial.
  • Sebagai alat untuk membayar hukuman jika terjadi ketidakseimbangan.
  • Sebagai alat barter/transaksi
  • Sebagai betuk cerita mengenai mitos dan cerita-cerita yang tergambar di motif-motif nya.
  • Sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang berkunjung. 

Gambar-gambar Contoh Tenun Ikat (Tenun Ikat Ende Lio) 
 
Contoh Tenun Ikat yang dijahit menjadi Pakain



Tenun Ikat sebagai Busana



Tenun Ikat sebagai Busana dalam Tarian dan Upacara Adat


Referensi:www.wikipedia.com

Tidak ada komentar: